Judul : Tango
Penulis : Goo Hye Sun
Penerjemah : Dwita Rizki Nientyas
Penerbit : PT. Ufuk Publishing House
Cetakan : I, Juli 2012
Tebal : 309 halaman
Kategori : fiksi
Genre : roman
Resensi oleh : Farakh Khoirotun Nasida
Resensi oleh : Farakh Khoirotun Nasida
Nama lelaki
itu Kang Jong Woon.
Selama
dua tahun ini, artinya bagiku adalah pacar, teman, dan keluarga. Dia adalah
lelaki muda yang tampan. Hari ini dia singgah di rumahku lagi. Jong Woon
tiba-tiba maju dua atau tiga langkah sambil berteriak, “Step!” Jong Woon terus
berjalan berputar-putar tanpa henti seperti sedang menari, tingkahnya itu
sedang mengisyaratkan bahwa ia sedang minta diperhatikan. Lalu, ia melompat ke
tempatnya semula seperti seorang anak kecil. Akhirnya aku bertanya kepadanya
lebih dahulu karena dia terus berputar.
“Sedang
apa?”
“Aku
sedang menarikan tarian yang sangat romantis,” jawab Jong Woon.
“Tarian
apa itu?”
“Tango...”
Rokok, kopi, dan alkohol...
Pernahkah anda berfikir tentang
kenyataan di dalamnya?
Dalam novelnya ini, Goo Hye Sun
menekankan makna sebuah kenyataan di dunia. Kenyataan bahwa rokok, alkohol, dan
kopi yang pahit ada dalam dunianya.
Yun adalah salah satu penerjemah
novel di Korea. Yun berpacaran dengan Kang Jong Woon. Jong Woon itu seorang perokok,
suka minum alkohol, dan kopi. Sebuah hal yang bertolak belakang dengan dirinya.
Yun tidak suka rasa pahit kopi yang banyak diartikan dengan penderitaan hidup. Yun tidak mengerti mengapa pria itu selalu
memaksanya untuk menerima kenyataan bahwa rokok, kopi, dan alkohol merupakan
bagian dari kenyataan hidupnya. Jong Woon selalu saja berkata bahwa rokok,
kopi, dan alkohol memiliki arti yang sama dengan coklat dan toilet bagi Yun.
Benar, mereka selalu saja bertengkar akan hal itu.
Yun dan Jong Woon adalah penari
tango. Tidak, mereka adalah penari tango yang tidak seirama. Mereka selalu
menginjak kaki satu sama lain sampai terluka. Sebenarnya, Jong Woon adalah
sosok yang baik hati dan membenci pertengkaran. Namun, setelah dua tahun
berpacaran, akhirnya Yun harus menerima bahwa rokok dan alkohol menjadi alasan berakhirnya
hubungan mereka.
Yun berusaha melepaskan bayangan
Jong Woon dalam hidupnya. “Apakah dulu kita benar-benar saling mencintai?.” Pertanyaan
itu lah yang selalu mucul dalam diri Yun setelah mereka putus. Yun pun mulai
belajar dari pengalamannya dengan Jong Woon. Dia mulai belajar mengenal apa itu
rokok, alkohol, dan kopi. Ya, Yun banyak belajar tentang kenyataan dari Jong
Woon.
Yun berusaha merubah
penampilannya dengan memakai sepatu high heels yang tak pernah dia pakai selama
berpacaran dengan Jong Woon. Yun dipertemukan dengan Park Si Hoo di kereta
bawah tanah. Si Hoo, dia adalah seorang pria tampan yang mengajarkan Yun
tentang arti kebebasan, arti cinta yang sebenarnya. Lama-lama hubungan mereka
sangat dekat, lebih dari seorang teman biasa. Yun merasa nyaman berada di dekat
Si Hoo karena Si Hoo memiliki jalan pikiran yang sama dengan Yun. Sehingga Yun
menemukan cerminan dirinya dalam diri Si Hoo.
Suatu malam, Si Hoo dan Yun
menari tango di tengah jalan raya. Tarian itu menandai resmi nya hubungan
mereka sebagai sepasang kekasih. Yun tak pernah tahu, dia sedang dalam jalan
menuju ke sebuah perpisahan yang sesungguhnya.
Goo Hye Sun menampilkan karyanya
dalam dunia penulis dengan sangat apik. Sehingga novel Tango terjual 30.000
kopi dalam seminggu di Korea. Gaya bahasa seorang Hye Sun sangat dewasa. Dia
manantang pembacanya untuk memahami kenyataan, cinta, ketulusan, dan kebebasan
yang diajarkannya. Hye Sun mampu membuat pembaca masuk ke dalam diri seorang
Yun dan merasakan adrenalin dari emosi Yun. Hye Sun dalam novelnya ini
menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama untuk tokoh AKU sebagai
Yun.
Dalam beberapa bagian dalam buku
ini, Hye Sun menampilkan beberapa karya lukisnya yang menambah gairah untuk
membuka lembar demi lembar novel Tango ini. Hal ini merupakan nilai lebih yang
dimiliki Hye Sun. Selain itu, novel ini juga punya kelebihan lain seperti
terdapat banyak nilai-nilai yang patut dipelajari dari dialog yang diucapkan
tokoh Si Hoo.
Kekurangan yang ada di novel ini adalah adanya penulisan kata “lho” dalam beberapa bagian dialog tokoh. Selain itu, ada juga beberapa kali penulisan kata yang salah. Terlepas dari kekurangan yang ada, novel tango memang novel yang bagus dan sayang untuk dilewatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar