Di banyak negara, termasuk Indonesia, penyakit jantung koroner
(PKJ) adalah pembunuh nomor satu. Penyakit yang terjadi karena
penyempitan pembuluh darah koroner ini dipicu oleh banyak faktor. Gaya
hidup tak sehat adalah salah satu faktor yang memicu terjadinya penyakit
ini.
![]() |
Penyebab, Gejala dan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner |
Menurut Prof Dr Dr Budhi Setianto SpJP, ahli penyakit jantung dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat, koroner adalah pembuluh darah atau arteri. Fungsinya adalah memberi makan otot jantung supaya jantung dapat berfungsi dengan baik. "Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner yang mendarahi otot jantung," katanya.
Pembuluh darah menyempit karena ada
penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah. Proses ini disebut
aterosklerosis. Ketika arteri atau pembuluh darah tersumbat, aliran
darah akan menurun, sehingga terjadi serangan jantung. "Serangan jantung juga disebabkan oleh vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kontraksi dari otot pembuluh darah," sambungnya.
Penyebab dan Gejala Penyakit Jantung Koroner
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Pada umumnya ada dua bagian, yaitu faktor penyebab yang dapat diubah dan faktor penyebab yang tidak diubah.
Faktor penyebab yang tidak dapat diubah
adalah faktor keturunan dan jenis kelamin. Jika orangtua atau kakek dan
neneknya menderita penyakit jantung koroner, kemungkinan besar anaknya menderita penyakit jantung koroner, kemungkinan besar anaknya menderita penyakit ini adalah laki-laki. Banyak laki-laki berusia 30 tahun menderita penyakit ini.
Sementara faktor yang dapat diubah
berkaitan dengan gaya hidup. Kegemukan, hipertensi (darah tinggi),
diabetes melitus (kencing manis), kebiasaan merokok, dan kadar lemak
darah yang tinggi bisa memicu terjadinya penyakit jantung koroner.
Demikian juga stres. Pada saat stres, terjadi ketidakseimbangan kerja pada jantung. Kerja jantung bertambah, sehingga otot jantung memerlukan banyak asupan darah.
Ada beberapa gejala yang muncul. Gejala
yang khas adalah dada terasa sakit atau nyeri dan seperti dutusuk benda
tajam. Biasanya rasa sakit ini berlangsung sampai 20 menit. Rasa ini,
nyeri, harus benar-benar diidentifikasi untuk mengetahui apakah rasa itu
disebabkan oleh kelainan jantung atau oleh gangguan otot atau gangguan pada fungsi pernapasan.
Nyeri dada jantung biasanya seperti
dada ditindih benda berat dan terasa sakit pada tulang dada atau yang
disebut dengan sternum. Rasa nyeri ini bisa menjalar hingga ke leher dan
punggung bagian kanan dan kiri. "Sakit dada juga terjadi karena si
pasien melakukan aktivitas seperti bekerja terlalu berat," jelasnya.
Jika muncul gejala seperti itu, pasien
harus pergi atau dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis.
Pasien akan langsung didentifikasi oleh dokter ahli jantung apakah benar terjadi serangan jantung koroner
atau tidak. "Biasanya dokter langsung memberikan obat-obat pelebar
pembuluh darah koroner atau nitrat. Kalau memang benar terjadi serangan jantung, maka akan ditangani lebih lanjut oleh dokter ahli jantung," sambungnya.
Pemeriksaan dan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Pertama-tama
adalah anamnesis yaitu tanya jawab dengan pasien tentang sakit dada
yang khas itu. Kemudian ada pemeriksaan dengan EKG (Elektro Kardiogram).
"Pemeriksaan ini dilakukan pada waktu tidur atau yang disebut dengan
statis," katanya.
Selanjutnya, pemeriksaan dengan cara
kardiologi nuklir, yaitu sebuah bentuk pemeriksaan yang menggunakan
sedikit bahan radioaktif untuk melihat aliran darah otot jantung, mengevaluasi fungsi pompa jantung, melihat luas dan lokasi otot jantung yang rusak dan melihat perfusi otot jantung.
Selain kardiologi nuklir, ada juga scanning nuklir jantung, yaitu sebuah bentuk pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini ada-tidaknya penyakit jantung koroner, untuk mengetahui pembuluh koroner mana yang memberikan dampak iskemia pada pasien yang telah dilakukan kateterisasi jantung,
untuk mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudah dilakukan balon
angioplasty dan bedah pintas koroner, dan stratifikasi prognostik. "Bila
gangguan perfusi nuklirnya luas, maka harapan hidup dan kejadian
serangan jantung ke depan semakin buruk," tandasnya.
Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Ada beberapa jenis obat yang biasanya diberikan kepada penderita penyakit jantung koroner
ini. Pertama adalah golongan statin. Obat ini berfungsi menurunkan
kadar lemak darah dengan mencegah pembentukan kolesterol terutama
kolesterol jahat atau low density lippoprotein (LDL). "Obat ini juga
mempunyai efek pleotropik yaitu mengurangi inflasi plak agar tidak mudah
pecah. Apabila plak pecah, bisa terjadi serangan jantung," terang dr Budhi.
Statin ini hanya diminum sekali dalam
sehari. Biasanya pada malam hari untuk jangka waktu yang panjang. Efek
samping obat ini adalah terjadinya gangguan hati. "Oleh karena itu,
perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati secara berkala. Setelah beberapa
bulan pemakaian, biasanya otot terasa nyeri," sambungnya.
Kedua, asetosal. Asetosal berfungsi menghambat pengumpulan keping darah atau trombosit dan mencegah serangan jantung
sampai 20 persen. Tapi asetosal ini tidak bisa dikonsumsi pasien yang
menderita sakit lambung. Sebagai gantinya, bisa diberikan clopidrogel
yang dikonsumsi selama 1 bulan sampai setahun.
Obat lain yang bisa diberikan adalah penyekat beta. "Obat ini berfungsi menurunkan denyut jantung
dan melebarkan koroner atau vasodilatasi," imbuh dr Budhi. Tapi
penderita asma, penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau
dengan blok irama jantung tidak boleh mengonsumsi obat ini. Sebagai gantinya, bisa diberikan golongan antagonis kalsium seperti diltiazem.
Obat lain yang juga diberikan adalah
penghambat enzim pengubah angiotensinogen. Obat ini mencegah perubahan
struktur dan mengurangi beban jantung. "Pemberian enzim pengubah
angiotensinogen itu sendiri dalam jangka panjang dan mempunyai efek
samping yaitu si pasien mengalami gangguan batuk dan bisa diganti dengan
golongan penghambat reseptor angiotensin," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar